Selasa, 17 Desember 2013

"Kabayan"

"Setiap manusia pasti akan mengalami persoalan dalam hidupnya, itu yang membuat manusia belajar arti kesabaran. Jadi, jangan bersedih, jadilah seperti matahari yang tak pernah lelah tersenyum. Meski kadang awan gelap menutupinya, namun ia akan kembali lagi dan menyapa dunia dengan kehangatan senyumnya".
Ujar lelaki itu, laki laki yang baru ku kenal senja itu, di tepi sungai batang hari. Ia tiba tiba duduk di samping ku dan sahabatku, mengulurkan tangannya memintaku untuk memperlihatkan telapak tanganku. Lelaki penjual kembang gula, sosok bertubuh kurus berkulit gelap karna terpanggang sinar matahari, telapak tangan yang kasar, seakan menunjukkan kerasnya hidup yang harus ia lalui. Namun bibirnya tak lelah tersenyum, dan sorot mata teduh menyiratkan keikhlasan yang dalam.


" Mz siapa?" Ujarku
" Panggil saja aku Kabayan, A kabayan"

"Bagaimana A kabayan bisa mengetahui apa yang sedang aku pikirkan" ujarku kembali, menyatakan keherananku padanya.
"Aku melihat nya dari sinar mata dan garis tanganmu"

Aku tak ingin lagi banyak bertanya, pikiran kalutku saat itu membuatku enggan berbicara.
Aku hanya duduk terdiam memandang senja yang kian merona.

" Akan tiba saat nya kamu akan menemukan kebahagiaanmu, kesedihan mu saat ini hanyalah ujian semata. jika kamu mampu melaluinya dengan sabar dan ikhlas, maka kamu akan merasakan manisnya hidup, bila kamu selalu ikhlas dan mensyukuri semua yang engkau terima, kamu tak akan larut dalam kesedihan. Ujarnya tiba tiba

Aku menoleh padanya, entah mengapa ada kesejukan yang aku rasakan dari kata katanya.
"Benarkah A..." 
"Tentu saja"
Lihatlah indahnya senja itu, di balik sore yang kian gelap, ia tetap memberikan keindahan, begitupula lah dirimu, seharusnya di balik kesedihan mu, tetaplah tersenyum, agar hatimu menjadi lebih tenang, dan wajahmu menjadi lebih indah.

Pesan Aa, jadilah seperti matahari, yang tak pernah lelah tersenyum.
 Lelaki itu berbicara sembari terus menggerakkan lincah tangan nya membentuk gula panas menjadi sebuah kembang gula yang indah, bunga mawar.

Tiba tiba ia memberikan bunga mawar itu padaku, "ambillah ini untukmu, ini special saya buat untuk mu"
Aku terbengong, namun ia menyadarkanku kembali dengan kata katanya. " Jadilah seperti bunga mawar pula, di balik keindahannya, ia tetap menjaga diri dengan duri duri tajamnya".
Aa harus kembali jualan... sebelum Aa pergi, tersenyumlah...

Aku menyukai kembang gula ini, sebentuk bunga mawar yang indah.
"Terimakasih A, untuk bunga mawar dan kata kata Aa yang menghiburku"
Sama sama.. ujar nya seraya pergi, tanpa mau menerima uang yang ku ulurkan padanya.
"Bila nanti kita bertemu lagi, Aa harap kamu sudha bisa tersenyum lebih indah"

Kutatap senja yang merona, aku merasakan senja ini kian indah.
Entah mengapa tiba tiba aku merasakan hatiku kian ringan. Semburat merah senja tepancar di atas riak riak sungai, serombongan burung kecil bermanuver indah di atas air, menukik tajam lalu kembali melesat tinggi di udara. Ah... betapa bahagianya burung burung itu.. gumamku sambil  sembari tersenyum.