Kamis, 20 Oktober 2011

* Senyum *

aku masih terpaku menatap sisa sisa hujan sore tadi.
Angin dingin menerpa disela sela helai rambutku yang terurai.
Bintang gemintang masih mengintip di balik awan kelap.
Aku teringat senyum itu. Senyum manis namun menyebalkan bagiku.
Senyum yg membuatku marah. Membuat hatiku berontak.
Ah... mengapa senyum itu harus hadir...

Aku marah, karna senyum itu hampir meluluhkan hatiku.
Aku marah karna senyum itu membuatku diam membeku.
Aku marah karna senyum itu hampir merobohkan benteng hatiku.
Mengoyak tirai setiaku,.. ya setiaku pada jasad yang telah membeku.


Membeku... tidak...tidak...
Dia tidak akan pernah membeku.
Dia hanya pergi sementara... ya hanya sementara..
Pergi ke dunia lain lebih dulu untuk menungguku di sana.
Di sebuah taman, di bawah pohon rindang... di tepi telaga kautsar.

Rintik hujan menyentakku dari lamunan..
Angin semakin dingin bertiup..
Dengan nafas berat ku berdiri, melangkah menuju kamarku.
Berlindung dalam pelukan hangat selimut tebalku.
Tidur... ya tidur lebih baik. Berharap senyum itu... menghilang.
Menghilang.... ??? mengapa berat aku mengucapkan kata menghilang...
Ah... aku tidak tau... benar benar tidak tau.....
Bidadari... bawalah daku tidur dalam mimpi indah bersamamu....
zzzzzzzzzzzzz