Jumat, 25 November 2011

Ekspedisi Wisata Pulau Berhala ( Part I )

Panorama Pantai
Pantai Berbatu


Pasir Putih














Pulau berhala adalah sebuah pulau yang terletak di propinsi Jambi, berbatasan dengan propinsi Riau.
Pulau yang termasuk kedalam area kecamatan Sadu, kabupaten Tanjung Jabung Timur, Propinsi Jambi ini sempat menjadi perebutan antara propinsi Jambi dan propinsi Riau. Tidak mengherankan memang, karna letaknya yang sangat dekat dengan kedua propinsi dan juga keindahan pulau kecil yang sangat mempesona tersebut. Bersama Ayah, Adik, Sepupu dan seorang rekan kantor, penulis memutuskan untuk melakukan perjalan kepulau tersebut. Dan penulis berharap, hasil perjalan yang penulis buat, dapat menjadi referensi bagi pembaca yang ingin mengunjungi keindahan pulau ini. Terutama bagi rekan rekan yang suka berpetualang. Semoga :)  


Sholat jumat baru saja selesai ketika penulis memulai perjalan ke PULAU BERHALA. Terik mentari mengiringi perjalanan kami. Penulis mencoba melewati rute yang berbeda dari rute yang biasa di promosikan oleh koran koran lokal. Rute yang biasa di lalui adalah dari pelambuhan kota Jambi menuju nipah panjang menggunakan speed boat, kemudian naik speed boat lagi menuju sungai itik. Dari sungai itik baru menyebrang ke pulau berhala menggunakan pompong (Sejenis perahu besar bermesin) kurang lebih 2 Jam. Namun dengan rute berikut, biaya yang di keluarkan pun menjadi dua kali lipat.

Dengan menggunakan sepeda motor, penulis mengambil jalur melalui jembatan aurduri dua menuju muara sabak. Tiba di pelabuhan sabak kita menyebrang ke lambur menuju nipah panjang dengan biaya Rp. 15.000 shingga Rp. 20.000 Per motor. Waktu perjalanan dari jambi melalui muara sabak kenipah panjang kurang lebih 4 jam. Jalan yang di lalui pun cukup bagus, tidak ada hambatan yang cukup berarti, sehingga penulis dapat menikmati perjalanan dengan menyenangkan.
Jika berangkat pagi hari, kita bisa langsung menyebrang ke pulau berhala, dengan terlebih dahulu menghubungi pemilik pompong agar bersiap sebelum kita tiba. Namun bagi yang belum memiliki kenalan pemilik pompong sewaan, kita harus mencarinya terlebih dahulu.

Karna penulis berangkat siang hari dari Jambi, maka penulis dan team bermalam terlebih dahulu di desa rantau rasau, desa kelahiran penulis. Jarak antara desa rantau rasau ke nipah panjang hanya lebih kurang 30 menit. Pukul delapan pagi penulis dan team berangkat menuju nipah panjang. Sesampainya disana, kami masih harus mencari pompong sewaan menuju pulau berhala. Awalnya kami cukup terkejut mendengar harga sewa pompong yang di sampaikan oleh orang orang di pasar nipah panjang, yaitu antara 2,5 juta hingga 3,5 juta untuk Speed Boat, dan 1,5 Juta hinggak 2 juta untuk sewa pompong dengan menginap satu malam di pulau berhala..

Pukul 10 siang kami baru mendapatkan pompong dengan harga yang cocok, sebenarnya harga sewa pompong hanya 1,2 juta untuk menginap satu malam di pulau berhala. Jika beruntung, kita bisa mendapatkan harga hanya 1 juta rupiah.  Kami mulai menyebrang dari nipah panjang pukul dua siang, karna menunggu pemilik pompong bersiap terlebih dahulu. Sepanjang tepian sungai kita akan di manjakan oleh pemandangan pohon pohon hijau. Sekelompok kelelawar yang memenuhi sebuah pohon.

Perjalanan menyebrang dari nipah panjang kepulau berhala lebih kurang 3 jam. Setelah hampir dua jam kami menyusuri sungai dan laut yang masih berwarna keruh, kami mulai memasuki laut biru. Benar benar menakjubkan. Cuaca cerah menambah indah pemandangan laut. Biru.... dan hanya warna biru yang terlihat. Sepanjang mata memandang, hanya laut yang berbatas kaki langit, berhiaskan awan awan putih bersih.
Dermaga
di kejauhan mulai terlihat jajaran pulau kecil, mendampingi sebuah pulau hijau yang lebih besar, di kelilingi batu batu besar, Pasir putih berkilau begitu indah. Ya itulah pulau berhala, rasa penat sepanjang perjalanan tadi menguap, berganti uporia kebahagian atas pemandangan yang begitu luar biasa. Puji sykurpun langsung terucap dari bibir kami atas karunia keindahan ciptaan Tuhan.

Pompong kami merapat di satu satunya dermaga yang ada di pulau tersebut. Sebenarnya ada dua dermaga disana.  Satu dermaga di buat oleh pemerintah Jambi, dan satu dermaga lagi di buat oleh pemerintahan Riau. Namun kini hanya tinggal dermaga yang di buat oleh pemerintah riau yang masih bisa di pakai. Kami segera turun, menyusuri dermaga sambil menikmati pemadangan indah sepanjang pantai dan dasar laut. Ikan ikan berwarna warni berenang renang di air laut yang jernih, bening bak kaca.Pualu yang masih belum tersentuh oleh moderenisasi. Tidak penjual penjual souvenir disini. Hanya ikan ikan laut yang isa kita belu di pagi hari. Bila kesiangan, para nelayan telah berangkat ke nipah panjang untuk menjual hasil tangkapan mereka.

Pantai Berhala
Kami segara mencari perkampungan penduduk. Kebetulan kami bertemu dengan satu keluarga yang rumahnya didekat dermaga. Beliau adalah Bapak Zunaidi, kepala dusun pulau berhala. Kami pun memohon izin untuk menikmati keindahan dan menginap di pulau ini semalam. Bapak Edi, begitu panggilannya, Keluarga tersebut sangat ramah, dan mempersilahkan kami untuk beristirahat di pendopo yang berada dekat dengan pantai. Sehingga dari pendopo tersebut, kami bisa menikmati pemandangan laut lepas dan pasir putih dengan jelas.

Di pulau tersebut belum ada listrik dan penginapan, namun jangan khawatir, kepala dusun akan menerima setiap tamu yang datang dengan sangat ramah dan memberikan kita satu kunci rumah untuk kita menginap. Ya, dibelakang pendopo terdapat beberapa rumah sederhana yang telah kosong karna di tinggal penghuninya. Dan kita bisa menginap disana. hanya saja, untuk makan kita harus memasaknya sendiri, so.... jangan lupa membawa perbekalan sembako. Karna di sana sulit untuk pendapatkan sayur mayur dan sembako. Kalaupun ada sembako hargany mahal sekali. Dan satu lagi, jika kita kesana, bawalah beberapa liter solar untuk menghidupkan deasel milik kepala dusun, yang bisa kita pergunakan untuk listrik di malah hari. Untuk satu malam, membutuhkan 10 liter solar. Kepala desa tidak menyediakan solar loh.... kita harus membelinya sendiri, karna di pulau tersebut sulit mendapatkan minyak. Pada malam hari, jika sedang beruntung, kita bisa menangkap kepiting kepiting laut yang naik kepantai. Karna itu tidak terjadi setiap malam.
Meriam

Menurut kepala dusun, Bapak Edi, awalnya penduduk pulau tersebut berjumlah lebih kurang 115 KK, sekitar  60 dari penduduk asal riau, dan sisanya penduduk asal Jambi. Namun sekarang penduduk asal jambi hanya tinggal 4 KK, selebihnya telah kembali kedesa di sekitar sungai itik. Sehingga jumlah seluruh penduduk pulau berhala tinggal sekitar 64 KK.

Tangga Menuju Bukit Meriam
Di belakang rumah kami menginap, terdapat tangga menuju bukit, tempat makam DATUK BERHALO PUTIH. Salah satu raja zaman dahulu di pulau Jambi. Dari makam tersebut, kita juga bisa melihat laut lepas, pulau lampu dan pulau katak yang tak jauh dari dermaga. Dan beberapa puluh meter dari tempat kami menginap, terdapat peninggalan sejarah berupa meriam besar zaman belanda yang terletak di atas bukit. Meriam itu adalah meriam peninggalan pasukan datuk berhalo putih dalam mempertahankan pulau dari pasukan belanda yang menyerang. Untuk menuju meriam tersebut, jalan yang di lalui cukup sulit. Kita harus menyusuri jalan setapak, menaiki anak tangga yang sangat panjang dan kemudian melalui jalan setapak kembali. Tak jauh dari meriam tersebut, kita akan menemukan sisa sisa bangunan benteng pulau berhala. Namun sayang kedua peninggalan tersebut tidak terawat dengan baik. Saran penulis, bagi yang berpisik lemah, sebaiknya jangan mendaki bukit itu. Karna itu benar benar menguras tenaga, penulis saja sampai bermandi keringat mendakinya :) . Dari atas bukit itu, kita bisa melihat seluruh pulau, pantai pantai putih dan batu batu besar yang mengelilingi pulau yang terlihat begitu menawan. Rasa lelah setelah mendaki bukit pun serasa menghilang.

Setelah turun dari bukit tersebut, penulis bersama Ayah dan Adik yang kecil mengelilingi desa yang ada di sepanjang pantai. Menikmati pemndangan pantai putih, batu batu besar dan laut biru. Menurut kepala dusun dan penduduk setempat, ada satu pulau yang memiliki pantai paling indah di gugusan pulau berhala tersebut, yaitu pulau telur. jarak dari pulau berhala ke pulau telur hanya lebih kutang 30 menit. Hanya saja waktu yang terbatas, membuat penulis dan team tidak dapat mengunjungi pulau pulau yang ada di sekeliling pulau berhala. InsaAllah penulis bisa datang kembali untuk mengunjungi pulau pulau tersebut di "Ekspedisi Wisata Pulau Berhala Part II". Mohon doa dari pembaca ya.... :)   sampai jumpa......



"Salam Pencinta Alam"


Selasa, 22 November 2011

Akhi...

Akhi..
Bukan krn hartamu Kami menginginkanmu...
Karna Kami kebih menginginkan kita berharta krn berusaha bersama.
Memulainya dr awal.. Meraih segalanya..

Akhi..
Bukan karna ketampanan wajahmu Kami merindukanmu...
Karna kami menyadari mungkin wajahku tak lah menarik..
Namun hatimu yg tampanlah yg membuat kami merindukanmu..

Akhi..
Bukan karna kesuksesanmu kami jatuh cinta..
Kami lebih menyukai kamu sukses dan aku ikut membantumu menjadi sukses..
Kami ada di saat kau terpuruk dan membantumu untuk bangkit bersama...

Akhi...
kami jatuh cinta padamu bukan karna apa yg ada didirimu..
namun karna apa adanya dirimu..
Ketulusan danKesungguhan cintamu yg membuatku mencintaimu..
Keimananmu yg menundukkan hatiku..
Kelembutanmu yg meneduhkan jiwaku...

Pahamilah Akhi...
Bukan dunia semata yang kami inginkan darimu..
Namun indahnya cahaya keimanan....
Dan ridhonyalah kami Menginginkanmu...